22 November 2015

,

GADO-GADO DALAM ACARA SILATURAHMI SASTRA

 Acara yang diselenggarakan 22 Nopember 2015 ini bertajuk Forum Silaturahmi Sastra Sastrawan Bangkalan 2015, Gerilia Sastra Dewan Kesenian Jawa Timur. Acara ini diadakan dalam rangka peluncuran buku antologi Rampak Naong yang diaku sebagai mewakili sastrawan-sastrawan Bangkalan. Acara dilaksanakan di pendopo rumah dinas Wakil Bupati Bangkalan.

Masuk sekitar pukul 08.00 WIB, saya mendapati beberapa teman yang saya kenal berasal dari STKIP dan Acong yang bukan. Senior saya mas So (Sudarsono), Mas Hosen, Mas Eroni, dan beberapa senior yang lain hadir. Termasuk pak Ribut datang berikutnya. Bu Yayuk juga hadir. Mahasiswa STAIS dan beberapa dari Surabaya. Entah apa nama kampusnya.
Tak ada campuran yang benar-benar sempurna. Itu soal rasa. Senikmat apapun suatu ketika pasti sampai pada titik kejenuhan. Akan tetapi kali ini saya terpaksa berpendapat lain. Beberapa senior yang seharusnya ada sekarang tidak hadir. Katanya sudah diundang. Untuk sementara saya percaya. Sampai saya bertemu dengan K.H. Muhammad Helmi pengasuh Pondok Pesantren Masyarakat Lumpur. He he he... Maaf kali ini bercanda. Beliau mengatakan bahwa pada acara tersebut tidak diundang. Yang aneh anak buahnya, Bangkit, Joko, dan Rosi, diundang. Mengapa MH tidak? Tak ada terbersit apa-apa dalam pikiranku sampai kubaca antologi. Bagian pengantar. Di situ UTM disanjung-sanjung memberi kontribusi pada kepenyairan Bangkalan. Lucu sekali. Padahal belum ada satu angkatan pun yang lulus. Anehnya peran STKIP sebagai motor utama seolah-olah disembunyikan. Padahal, hampir semua penulis dalam antologi tersebut adalah alumni STKIP. Bahkan, Masyarakat Lumpur yang juga lahir di STKIP tidak disebut sama sekali. Ada apa ini?
Dari segi karya antologi ini tidak memiliki suara yang jelas seperti pantulan tidak teratur kesegala arah. Skema Acong kadang-kadang perlu dipertanyakan. Ketika menyatakan UTM sebagai harapan ia juga mengutip UTM yang masih debutan. Mengapa tidak yang kawakan? Jangan-jangan belum ada. Seperti gado-gado yang tak padu dalam rasa. Kalau begitu tanya STKIP. Minta berapa? 10 pun ada. Sadat, Muzammil, Bangkit, Rosi, Joko, Barok baru kaum mudanya. Generasi diatasnya? Masih banyak. Generasi cikal sudah ada. Tinggal menyebutkan.

Sepertinya jika mau membangun iklim bukan dengan pengkotak-kotakan. Mari diskusi dengan lembut dan tanpa ego. Jangan membesarkan satu pihak mengerdilkan yang lain. 

(dipindah dari lokalbahasasastra.blogspot.com) 
Continue reading GADO-GADO DALAM ACARA SILATURAHMI SASTRA