- Tentang Bahasa Madura | Males dan Mâles: tentangFonem â |
- Komunitas Masyarakat Lumpur | Pameran Kebodohan, Profesi, dan Salat di Tubir Waktu: CeritaSepanjang Mancing Sastra 40 |
- Cerita Saya |
28 April 2024
TEORI KULTURAL GRAMSCI
A. Konsep Gramsci tentang Kebudayaan
Seperti halnya marx, Gramsci menganggap dunia gagasan, kebudayaan, superstruktur, bukan hanya sebagai refleksi atau ekspresi dari struktur kelas ekonomi atau infrastruktur yang bersifat material, melainkan sebagai salah satu kekuatan material itu sendiri (Faruk, 2005: 62). Gramsci mencontohkan Revolusi Perancis yang tidak akan terjadi jika tidak terjadi revolusi ideologis. Dalam teori Gramsci ini terdapat enam konsep kunci, yaitu kebudayaan, hegemoni, ideologi, kepercayaan populer, kaum intellektual, dan negara.
1. Kebudayaan
Ketika berusia 24 tahun Gramsci sudah menaruh perhatian yang besar terhadap kebudayaan sebagai satu kekuatan material yang mempunyai dampak praktis dan “berbahaya” bagi masyarakat. Bagi Gramsci konsep
22 April 2024
KRITIK SASTRA BARU (NEW CRITICISM)
Istilah ini, meluas ke publik dengan terbitnya buku John Crowe Ransom berjudul The New Criticism pada 1941, muncul untuk diterapkan pada teori dan praktek yang tetap menonjol dalam kritik sastra Amerika sampai akhir tahun 1960-an. Gerakan ini berasal sebagian besar dari unsur-unsur dalam buku IA Richards Principles of Literary Criticism (1924) dan Practical Criticism (1929) dan dari esai kritis TS Eliot. Gerakan ini menentang minat ilmuan, kritikus, dan guru yang jamak pada masa itu dalam menulis berdasarkan biografi pengarang, konteks sosial sastra, dan sejarah sastra. Dengan keras dinyatakan bahwa perhatian kiritik sastra yang benar tidak didasarkan pada situasi dan akibat eksternal atau posisi historis sebuah karya, tetapi dengan pertimbangan yang detil dari karya itu sendiri sebagai entitas mandiri. Kritikus terkemuka dalam model ini adalah Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren, yang buku teksnya berjudul Understanding Poetry (1938) dan Understanding Fiction (1943) berpengaruh besar membuat Kritik
12 April 2024
KARAKTER DAN KARAKTERISASI
1. Tokoh dan Petokohan?
Penggunaan kata karakter dan karakterisasi bukan tanpa alasan. Di banyak buku berbahasa Indonesia istilah yang banyak digunakan adalah tokoh dan penokohan. Istilah ini kurang mengena karena bersifat terlalu umum. Tokoh bisa digunakan dalam dunia nyata dan fiksi, misalnya tokoh pergerakan, tokoh partai, tokoh pendidikan, dsb. Karakter, dalam bahasa Indonesia, menjadi istilah khusus sastra setelah diadaptasi ke bahasa Indonesia.
Namun, keduanya tetap masih menghasilkan kerancuan istilah karena karakter sekalipun dalam bahasa asalnya bukan istilah sastra saja. Karena itu, saya mengusulkan sebuah istilah yang sebenarnya sudah tidak asing karena berasal dari bahasa Jawa bahkan sudah diserap menjadi bahasa Indonesia, yaitu lakon. Istilah ini hanya muncul pada dunia pertunjukan yaitu