24 September 2023

, , ,

GHUN-TÈNGGHUN: PUISI DALAM 7 GENRE MUSIK

Acara ini bertajuk "Ghun-Tèngghun: Konser Musikalisasi Puisi Multigenre 7 Penyair Nasional". Ghun-Tèngghun merupakan kata ulang dari bahasa Madura tèngghu yang berarti 'lihat' atau 'tonton'. Ghun-tèngghun bentuk ulang nomina yang berarti 'tontonan'. 

Acara puncak ini dilaksanakan pada Sabtu, 23 September 2023 pukul 19.00 WIB. Puisi yang dimusikalisasi "Senja di Pelabuhan Kecil" karya Chairil Anwar, "Aku..." karya Taufiq Ismail, "Kupanggil Namamu" karya W.S. Rendra, "Aku Ingin" karya Sapardi Djoko Damono, "Jembatan" karya Sutardji Calzoum Bachri, "Pertemuan" karya Goenawan Mohamad, dan "Ibu" karya D. Zawawi Imron. 
Acara dibuka dengan sambutan ketua KML yang disampaikan oleh M. Helmy Prasetya. Dilanjutkan pembacaan puisi oleh Helmy. Selanjutnya, pemberian cendera mata kepada pihak-pihak yang bekerja sama dengan KML. 
Seperti semua cerita saya, kali ini sisi luar acara. Agus Alan Kusuma. Bersongkok nasional berbaju putih berkerah. Tubuhnya masih gemuk. Bahkan lebih dari sebelumnya. Sebuah kegelisahan tentang musikalisasi puisi yang menurutnya merusak makna. Lirik yang tidak jelas tertutup nyaring musiknya. Saya menjawab diplomatis bahwa semua musikalisasi pasti "merusak" makna. Sebab, puisi harus mengikuti musik. Lalu kita bercerita banyak hal. 
Menjelang pulang saya bertemu Muhlis. "Dâ'râmma karebbhâ Mas Helmi riya, Ka' Muhri?" Katanya sambil tersenyum. Maksudnya "Mas Helmi mau apa?" Ia menanyakan konsep acara. Diplomatis pula kujawab, "..... " Off the record. 😁😁😁
Seseorang lewat di depan saya. Eko. Eko Sabtu Utomo. Seorang penulis novel berbakat. Alumni STKIP PGRI Bangkalan. Ia terburu-buru pulang. Mungkin juga tidak ada alasan untuk tinggal. Buktinya ia asyik ngobrol berlama-lama dengan kami. Setengah sepuluh kami pulang. 
Continue reading GHUN-TÈNGGHUN: PUISI DALAM 7 GENRE MUSIK