05 Mei 2025

, ,

TH BUKAN INTERDENTAL

Ketertarikan saya pada bahasa Madura diinspirasi oleh satu mata kuliah saat S1 dulu. Leksikografi. Ya, itu berbeda dengan leksikostatistik. Leksikografi ilmu tentang teknik penyusunan kamus, sedangkan leksikostatistik terkait dialektologi yaitu ilmu pemetaan bahasa berdasarkan perbandingan penggunaan kata pada dua atau lebih daerah. Fungsinya untuk menentukan apakah dua daerah yang berdekatan menggunakan dua bahasa berbeda, beda wicara, beda dialek atau subdialek, atau menggunakan bahasa yang sama.

Kuliah itu sekitar 2003. Kira-kira. Saya sudah lupa tepatnya. Yang jelas di atas semester V. Pak Diding dosennya. Dari Unesa. Tapi, saya tidak ingin bercerita tentang itu. Cerita itu akan saya ceritakan tersendiri. Saya ingin melompat ke sekitar 2010. Awal lulus UGM dan mengajar di perguruan tinggi. Cerita ini seputar kamus bahasa Madura. Saya menulisnya dengan menggunakan ejaan terbaru. Sepertinya. Buku Manusia Madura karya Prof. Mien Ahmad Rifai saya gunakan sebagai.[1] Saya pikir itu ejaan dari Balai Bahasa Jawa Timur (waktu itu Balai Bahasa Surabaya) yang saat itu belum bisa saya peroleh.[2] Baru saya ketahui setelah saya mendapatkan salinan fail pdf setelah 2015 bahwa ternyata Pak Mien tidak menggunakan ejaan BBJT. Apa buktinya?



Ada beberapa perbedaan antara ejaan dalam buku Pak Mien dan BBJT. Untuk saat ini, saya hanya akan menceritakan tentang th dalam ejaan resmi. Ejaan ini dalam bahasa Inggris direalisasi sebagai bunyi interdental. Bunyi interdental adalah bunyi bahasa yang saat mengucapkannya, ujung lidah berada di antara gigi atas dan gigi bawah. Dalam Bahasa Inggris, ada dua simbol fonetik yang dipakai untuk melambangkan bunyi, yaitu [ð] seperti pada that, this, than dan [θ] seperti pada three, thirsty, sympathy. Th juga digunakan untuk transliterasi huruf Arab <ث> dengan realiasi bunyi interdental [θ].[3] Apa kaitannya dengan bukti?

Di buku Pak Mien, < th > pada ejaan BBJT ditulis < ṭ > dengan tanda diakritik titik di bawah. Apakah <th> mewakili bunyi yang sama dengan ejaan bahasa Inggris dan transliterasi Arab? Ternyata tidak. Dalam ejaan Madura Madura th mewakili bunyi bunyi retrofleks yaitu bunyi yang titik artikulasinya ada di langit-langit keras atau palatum. Mengapa berbeda?

Secara objektif saya lebih condong membenarkan ejaan Pak Mien. Sebab, tanda diakritik titik di bawah secara konsisten mewakili bunyi retrofleks seperti juga pada bunyi yang dieja ḍ. Sedangkan tambahan h mewakili bunyi aspirat seperti pada bh, dh, ḍh, gh, dan jh. Bunyi yang dieja th tentu bukan bunyi aspirat. Jadi, lebih baik ditulis sesuai dengan fungsi dari tanda secara konsisten. Pertanyaannya, dari mana dua ejaan ini berasal?

Karena bukan pelaku, saya hanya memperkirakan. Th pada ejaan BBJT kemungkinan berasal dari th dalam ejaan bahasa Jawa.[4] Sedangkan ṭ pada buku Prof. Mien Ahmad Rifai merupakan adaptasi dari ejaan pada kamus bahasa Madura-Belanda yang disusun oleh H. N. Kiliaan.[5] Kedua ejaan ini mewakili satu aksara caraka [].

Konsisten dengan pilihan, saya menggunakan ejaan tersebut dalam kamus yang saya tulis. Tentu dengan konsekuensi. Salah satunya, kamus tersebut akan berbeda ejaannya dengan ejaan yang berlaku. Guru bahasa Madura juga akan menyesuaikan pemahaman ejaan ketika menggunakan kamus yang saya tulis. Saya tetap pada pilihan sebab perbedaan ini tidak signifikan menciptakan kesulitan dalam membaca, yaitu semudah mengganti ṭ menjadi th. Seperti membaca buku ejaan lama dengan pemahaman ejaan baru.



[1] Mien Ahmad Rifai, Manusia Madura: Pembawaan, Etos Kerja, Penampilan, dan Pandangan Hidupnya seperti Dicitrakan Peribahasanya, (Yogyakarta: Pilar Media, 2007) Hlm. 51

[2] Tim Balai Bahasa Jawa Timur, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Madura yang Disempurnakan Edisi Revisi, (Sidoarjo:Balai Bahasa Provinsi Jawa Timur, 2012) Hlm. 1-4

[3] Ejaan ini bukan transliterasi versi Indonesia, tapi dari Standard Arabic System for Transliteration of Geographical Names hasil dari Eleventh United Nations Conference on the Standardization of Geographical Names di New York pada 8-17 August 2017

[4] Balai Bahasa Yogyakarta, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Jawa Huruf Latin Yang Disempurnakan, (Yogyakarta:Kanisius, 2006) Hlm. 3

[5] H. N. Kiliaan, Madoereesch-Nederlandsch Woordenboek Tweede Deel, (Leiden: E.J. Brill, 1905) Hlm. 369

Continue reading TH BUKAN INTERDENTAL