23 Juni 2025

, ,

LEKSIKOGRAFI DAN KAMUS YANG TAK PERNAH SELESAI

 Muhri


Kamus Madura-Indonesia Kontemporer terbit pertama kali tahun 2014. Itu berdasarkan ISBN. Saya perbaiki pada 2016 dengan tambahan lema. Hanya sekitar 2500 lema atau entry. Tak banyak. Lalu saya lanjut untuk membuat edisi berikutnya. Sayangnya, bukan edisi baru yang saya susun tapi buku baru. Melanjutkan kamus 2014 tapi dengan bentuk format yang berbeda jauh. Rencananya saya terbirkan 2025 dengan judul Kamus Progresif Madura-Indonesia. Sudah saya cek similaritas (similarity check) dengan hasil 16% kesamaan dengan kamus 2014 yang saya unggah online di laman STKIP PGRI Bangkalan.

Kamus-kamus itu saya tulis mulai tahun 2010. Beberapa bulan setelah saya lulus S2 Ilmu Sastra FIB UGM Yogyakarta. Mengapa kamus? Mengapa bukan sastra? Mungkin itu pertanyaan yang muncul.

gambar dibuat dengan Ms Designer

Sebenarnya pada tahun yang sama saya juga menerbitkan Sejarah Ringkas Kesusastraan Indonesia. Sebuah buku ajar yang tebalnya kurang dari 80 halaman. Mengapa bisa dua dalam satu tahun? Sebenarnya itu ditulis selama lima tahun dengan cara iseng. Yah, jika sedang mood saja.

Oh ya… Maaf terdistraksi. Saya tidak akan menceritakan kamus itu. Saya ingin mengingat kembali sebuah babak dalam hidup saya terkait kamus. Antara 2003-2004 masa kuliah semester atas. Ada mata kuliah leksikografi. Pak Diding yang mengampu. Relasi kami tidak istimewa. Mungkin beliau telah lupa dengan saya. Saya juga tidak akan menceritakan apa pun yang buruk tentang beliau dalam pandangan saya. Inspirator yang mengenalkan pada kamus, seperti Pak Suro Wahono yang mengenalkan pada sejarah sastra. Dengan cara ekstrem dan tentu tidak komprehensif. Tentang sejarah sastra dan Pak Suro akan saya tulis dalam cerita yang berbeda.

Beliau, Pak Diding, tidak memberikan kuliah dalam bentuk teks atau konsep. Hanya menugaskan untuk menyiapkan teks bahasa Indonesia. Lalu meminta untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Madura. Setelah itu beliau meminta mahasiswa menyiapkan kertas berukuran 15x10 cm, lebar 15 & tinggi 10. Sebagai kartu data tentunya.

Kartu tersebut bagian kiri atas ditulis kata bahasa Madura pada teks sebagai lema. Di bawahnya agak ke tengah arti dalam bahasa Indonesia. Di bawah arti kalimat yang memuat lema tersebut. Jika ada kata yang sama pada kalimat lain bisa dianalisis kesamaan dan perbedaan artinya. Jika nuansa artinya berbeda maka ditulis di kartu yang berbeda. Demikian juga bentuk turunan ditulis dengan kartu yang berbeda. Hasil kartu data tersebut diurut berdasarkan abjad pada lema.

Oh iya… Ada yang lupa. Di bawah lema atau bentuk turunan ditulis simbol fonemik dengan diapit tanda garis miring (//). Fonemik, bukan fonetik. Tentu bingung mencari simbol itu di komputer. Bagusnya ada Mas Budi Rahman yang mengerti pengetikan. Itu pakai word versi lama sebelum 2003 dengan menu dan dropdown yang tidak sepraktis hari ini. Praktis yang mengetik Mas Budi. Saya cuma bantu. Maklum, SDM rendah.

Tugas selesai dalam bentuk buku dengan jilid lakban. Tebal sekitar 90 halaman tanpa bolak balik. Ukuran A5 dengan memotong Folio HVS menjadi dua. Diprin, bukan foto kopi. Yang lain sumbang dana. Rugi?

Sebuah keuntungan yang baru saya sadari hari ini. Saya menulis kamus dengan Ms Office yang lebih canggih. Seorang dosen menukas bahwa kamus bahasa Madura sudah ada. Tentu yang dimaksud karya Mas Adrian Pawitra.

Saya tidak ingin berdebat. Dalam tulisan ini saya ingin berargumen. Kamus Mas Adrian tidak menyajikan aspek-aspek tertentu dalam kamus. Tak mencantumkan kelas kata, terjemahan sering hanya sinonim. Selain itu kamus tersebut hanya mengambil atau menerjemah sebagian besar dari kamus H.N. Kiliaan yang dalam bahasa Belanda.

Satu hal yang terutama terlupa dan tidak tergambar dalam kamus Mas Adrian. Sebuah kamus yang hidup bernafas. Sebab selama manusia Madura masih menggunakan bahasa Madura, selama itu juga tidak ada kata finis. Karena itu ada kata “progresif” dalam kamus yang akan saya terbitkan. Tentu tidak selengkap karya Mas Adrian. Kamus itu sementara sekitar 9000 lema. Selisih 1000 lema dengan kamus yang disusun Mas Adrian.

Selain itu, kamus bukan hasil penelitian yang mensyaratkan novelty atau kebaruan. Jika ini dianggap salah, maka tidak akan ada kamus bahasa Inggris dari Cambridge, Oxford, Merriam-Webster, dsb. Apalagi, kamus ini akan terus saya kembangkan sampai deadline yang sebenarnya. Batas kematian. Ups! Maaf terlalu serius.

Wallahu a’lam bi al-sawab

 

(Teks ini, seperti cerita sebelumnya, hanya draf. Perbaikan akan dilakukan dalam versi cetak yang nanti akan diterbitkan dalam bentuk PDF atau mungkin print out.)

0 comments:

Posting Komentar